Penerapan Bioteknologi Pada Bidang Peternakan Dan Pertanian
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari
pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain,
seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika,
kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi
adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses
produksi barang dan jasa. Bioteknologi sangat bermanfaat bagi
perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini adalah penerapan bioteknolgi
dalam bidang peternakan dan pertanian.
A. Bidang Peternakan
Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain sebagai berikut:
1. Teknologi transplantasi nukleus
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi
yang digunakan untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan
induknya). Teknologi kloning telah berhasil dilakukan pada beberapa
jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal
dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk
keperluan transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk.
Tahapan teknologi kloning adalah;
a. Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan
teknik khusus sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel
b. Isolasi sel telur
Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan
banyak sel telur dalam teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak
mampu bertahan dalam tahapan pengkloningan lebih lanjut.
c. Pengambilan nukleus dari sel telur
d. Penggabungan nukleus dengan sel telur. Nukleus yang telah diisolasi
dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain yang telah
dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus
identik dengan domba pendonor.
e. Pemasukan sel telur kedalam rahim. Sel telur dimasukkan ke dalam
rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang mampu
bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan
akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak
domba yang mirip dengan domba pendonor nukleus
2. Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau
teknik untuk memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses
terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “
insemination gun”. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan,
yaitu:
a. Memperbaiki mutu genetika ternak
b. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama
c. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
d. Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.
3. Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer
embrio tidak hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan
potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara
optimal.
Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi
menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk
titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus tetapi memiliki kemampuan
untuk bunting.
Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua
jalur yang steril (tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen
embrio, bagian vulva dan vagina dibersihkan dan disterilkan dengan
kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio yang didapat dapat langsung di
transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di
transfer pada waktu lain.
4. Teknologi Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika
sehingga dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi
transgenik pada hewan dilakukan dengan cara penyuntingan fragmen DNA
secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan. Tujuan
dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti
daging susu, dan telur.
Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik.
Jadi DNA domba ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII (
merupakan protein pembeku darah). Berkat penyusupan gen tersebut, domba
menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan
untuk menolong penderita hemophilia.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai
contoh, sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda
spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini disebut surrogate.
Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hamper punah di
Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
a. Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
b. Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan
bertahun-tahun meskipun induknya sudah mati. Jika telah ditemukan
surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplantasi.
5. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya adalah:
a. Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
b. Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
c. Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
d. Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
e. Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST
ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan
jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa
genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu akan meningkat
20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration),
lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat
nsusu yang dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa
hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang diberikan
hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak
menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur
yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging dari hewan yang diberi
hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan hormon ini
dapat mengganggu kesehatan manusia.
B. Bidang Pertanian
Penerapan bioteknologi pada bidang pertanian bertujuan untuk memperoleh
varietas unggul suatu tanaman, meningkatkan hasil panen dan kualitas
produk, serta daya tahan suatu tanaman terhadap berbagai jenis penyakit.
Pengembangan tanaman dengan media selain tanah yang dikenal dengan nama
hidroponik. Penerapan bioteknologi pada tanaman, disebabkan tanaman
memiliki sifat totipotensi sel yang sangat baik. Sifat totipotensi sel
adalah kemampuan suatu sel atau jaringan untuk tumbuh menjadi individu
baru.
1. Tanaman yang Dapat Menfiksasi Nitrogen
Serealia atau tumbuhan rumput-rumputan berbiji merupakan tumbuhan yang
menyuplai 50% makanan pokok penduduk dunia. Namun, serealia tidak
memiliki simbion bakteri akar-akarnya untuk memfiksasi nitrogen,
sehingga kebutuhan nitrogen (N2) diperoleh dari penambahan pupuk buatan.
Kelebihan pupuk buatan yang diberikan dapat terbilas air dan menyemari
air minum yang dikonsumsi manusia di lingkungan sekitar.
Dengan bioteknologi, para ilmuwan mengembangkan tumbuhan yang
akar-akarnya dapat bersimbiosis dengan Rhizobium. Ide ini melibatkan gen
nif yang dapat mengontrol fiksasi nitrogen. Para ilmuwan menyisipkan
gen nif ini pada :
a. Tumbuhan serealia
b. Bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan serealia
c. Plasmid TI ( Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan kemudian
menginfeksikannya ke tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang telah
direkayasa.
2. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetative dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas,
serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri menjadi
tanaman lengkap. Media kultur merupakan tempat tumbuhnya sel tumbuhan.
Media tumbuh sel tumbuhan dapat di dalam tabung yang steril, artinya
tabung yang bebas dari hama. Medium itu biasanya dibuat dari agar-agar
yang diberi berbagai nutrisi yang diperlukan tumbuhan. Kultur jaringan
tumbuhan dapat dilakukan hanya dengan mengambil beberapa milimeter pucuk
tumbuhan yang mengandung jaringan muda atau jaringan lain yang bersifat
meristematik. Bagian tumbuhan yang dikultur disebut sebagai eksplan.
Dasar kultur jaringan ini adalah teori totipotensi yang berhasil
dibuktikan oleh F.C Steward tahun 1958. Teori ini berbunyi “setiap sel
organ tanaman akan mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna jika
ditempatkan di lingkungan yang sesuai”. Sehingga sifat totipotensi
merupakan potensi pada setiap sel penyusun jaringan dewasa untuk
mengadakan pembelahan dan membentuk individu baru.
Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan diaplikasikan terutama pada
tanaman-tanaman yang sulit dikembangkan secara generative, seperti lada,
jahe, pisang, panili, tanaman penyerbuk silang (jambu mente, cengkeh,
melinjo, asam), dan tanaman hutan (jati dan cendana)
Hal penting yang diperhatikan dalam teknik ini adalah medium
pertumbuhan. Medium yang umum digunakan adalah medium MS (Murashige
Skoog) yang diformulasikan oleh Toshio Murashige dan Folke Skoog pada
tahun 1962. Tahapan kultur jaringan adalah sebagai berikut:
a. Tanaman yang digunakan berasal dari tanaman yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Bagian tanaman untuk kultur (eksplan) dapat berasal
dari organ tumbuhan yang dipotong dengan menggunakan pisau steril.
b. Eksplan ditanam secara steril ke dalam botol yang berisi medium padat MS yang diperkaya dengan vitamin
c. Setelah beberapa minggu, eksplan tumbuh menjadi kalus.
d. Kalus dipindahkan ke medium baru. Jika kalus dapat tumbuh jadi
individu baru, maka dapat dihasilkan tanaman dengan sifat yang sama
dengan induknya.
Keuntungan dari pengembangan kultur jaringan tumbuhan, antara lain:
1) Berlangsung cepat dalam memperoleh tumbuhan baru.
2) Hemat tempat dan waktu.
3) Bibit terhindar dari hama dan penyakit.
4) Memiliki sifat identik dengan induknya.
5) Jumlah tidak terbatas, artinya dapat menghasilkan individu dalam
jumlah yang banyak (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun
dapat dihasilkan minimal 10.000 bibit).
3. Teknologi Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing
sebagai pembawa sifat yang diinginkan. DNA tersebut dapat berasal dari
tumbuhan yang beda jenis. Untuk menghasilkan tanaman transgenik
dibutuhkan teknik rekayasa genetika dan vector sebagai pembawa gen sifat
yang diinginkan. Sebagai vector digunakanlah DNA yang berasal dari
bakteri Agrobacterium tumefaciens yang lebih dikenal dengan nama Ti
plasmid (tumor-inducing plasmid). Ti plasmid memiliki kemampuan untuk
masuk ke dalam sel tumbuhan selama proses infeksi.
Tahapan untuk memperoleh tanaman transgenik, adalah sebagai berikut:
a. Ti plasmid dikeluarkan dari sel bakteri
b. Ti plasmid dipotong pada sisi yang spesifik dengan menggunakan enzim restriksi.
c. DNA yang berasal dari sel tanaman dipotong dengan menggunakan enzim
restriksi yang sama agar diperoleh sisi yang speksifik. Kemudian gen
tanaman yang membawa sifat yang diinginkan dipisahkan dari DNA-nya.
d. Gen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam plasmid sehingga menghasilkan DNA rekombinan.
e. Plasmid yang telah mengandung gen tersebut dimasukkan ke dalam sel
tanaman yang dikultur. Saat ini, sel tanaman telah memiliki gen dari
tanaman lain.
f. Terjadi regeberasi sel tumbuhan yang akan terus mengalami pembelahan
hingga menjadi satu individu tanaman baru. Tanaman baru ini memiliki
sifat baru yang diinginkan dan merupakan tanaman transgenik.
Teknologi transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian
seperti jagung, kapas, tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai
telah dimasukkan beberapa gen yang menyebabkan variasi pada tanaman
kedelai. Pada tanaman jagung telah dimasukkan gen cry dari Bacillus
thuringiensis disebut dengan jagung Bt, yang menyebabkan jagung
menghasilkan protein yang dapat membunuh serangga, seperti kupu-kupu.
Tanaman transgenik ini tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk
menyingkirkan hama dan penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut akan
menghasilkan senyawa endotoksin ( senyawa racun) sehingga tanaman
transgenik dapat membrantas hama dengan senyawa racun yang dikandungnya.
4. Hidroponik
Penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian juga dapat dilakukan
dengan cara menanam tanaman dalam media selain tanah, yang disebut
hidroponik. Hidroponik adalah teknik menanam tanaman dalam media selain
tanah. Hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan media air dan
pasir.
1) Hidroponik dengan media air
Tumbuhan ditanam di dalam air dan ditambah unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut.
2) Hidroponik dengan media pasir.
Media yang digunakan dapat juga dengan arang, sabut kelapa, atau
batubatuan. Dalam teknik ini, sebaiknya ditambahkan unsur-unsur hara.
Dalam teknik hidroponik yang perlu diperhatikan adalah kelembapan udara
dan intensitas cahaya agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup
baik.
Keuntungan teknik hidroponik, antara lain:
• Masih dapat bercocok tanam di lahan yang sempit.
• Dapat menggunakan pupuk dengan efisien.
• Hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.
5. Penggunaan Teknologi Nuklir
Teknologi nuklir menggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat
memancarkan sinar radioaktif, antara lain sinar gama (γ ), sinar alfa (α
) dan sinar beta (β).
Manfaat dari radioaktif seperti sinar gama (γ ) berguna untuk pemuliaan
tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi
mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat
dalam inti sel, dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan
dengan bibit unggul.
Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki
beberapa keuntungan di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang
surut yang memiliki kadar garam cukup tinggi, tahan wereng cokelat dan
hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat ditanam pada
musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak.
Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya
berkelipatan dari kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil yang
lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak
berbiji.
6. Aeroponik
Aeroponik adalah teknik penanaman sayuran dengan menggunakan styrofoam
yang berlubang-lubang sehingga akar tanaman menjuntai ke bawah.
Kemudian, air yang telah dicampur dengan unsur-unsur hara disemprotkan
sehingga akar-akar bisa menyerapnya. Biasanya, penanaman sayur-sayuran
menggunakan teknik ini.
7. Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai
tanaman tingkat rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi
protoplas merupakan gabungan protoplas dengan protoplas lain dari
beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi
tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan
untuk menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat
digabungkan secara seksual ataupun aseksual.
Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama
(intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies),
atau antargenus dari satu famili (inter genus).
Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan
tumbuh pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki
kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta keseluruhan
tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram
menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti
pada sel-sel tanaman, sel-sel callus dikelilingi oleh dinding selulosa
yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang menghambat pembentukan DNA baru.
Dinding sel tersebut dapat dipecah dengan dinding selulose sehingga
menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini
dapat digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian
membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini
disebut fusi protoplas.
Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic
atau sibrida atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat
kelemahan dari hibrida seksusal, yaitu:
• Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies dan antar genera. Hibridisasi somatik dapat mengatasi hal tersebut.
• Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina
saja. Dalam proses pembuahan, ganet jantan hanya membawa inti saja
dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada tetua betina selain inti juga
sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi
antara sitoplasma.
Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar
spesies atau galur tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
dengan persilangan biasa karena adanya masalah inkompatibilitas fisik.
Fusi protoplas membuka kemungkinan untuk:
• Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara seksual tidak kompatibel
• Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara
normal hanya dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada
kentang.
• Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies
lain dengan memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom
(chromosome elimination).
• Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau spesies ke galur atau spesies lain
Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:
• Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu)
• Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma
yang mengalami fusi sedangkan informasi genetik dari salah satu induknya
hilang.
Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini
adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat
dilakukan dengan spesies yang berbeda. Kekurangan dari teknik ini adalah
memerlukan biaya yang mahal serta butuh ketelitan yang lebih.
Berbagai macam bioteknologi pertanian diatas memberikan manfaat bagi para petani, yaitu :
a. Menghasilkan keturunan dengan sifat yang unggul.
b. Menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi.
c. Mengurangi pencemaran lingkungan serta menekan biaya produksi.
d. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian
e. Terciptanya tanaman yang dapat membuat pupuknya sendiri.
f. Terciptanya tanaman yang tahan dalam berbagai hama serta kondisi
Tapi tak dipungkiri bahwa bioteknologi pertanian memiliki beberapa kelemahan,yaitu:
a. Adanya efek kompensasi.
b. Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida.
c. Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman transgenik ke tanaman lain.
d. Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian khusus.
e. Muncunya efek samping terhadap hama nontarget.
f. Biaya untuk memuatnya relatif tinggi.
sumber:
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/perkembangan-penelitian-bioteknologi-pertanian-di-indonesia/
http://www.anneahira.com/bioteknologi-peternakan.htm
http://ilmuternak.wordpress.com/materikuliah/reproduksi-ternak/mengenal-teknologi-reproduksi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar